18 February 2013

Muara Tae 11 - bergeraklah

Teman-teman,
Neneknya Pak Asuy meninggal ditabrak truk logging di tahun 90an. Bayangkan seorang perempuan tua Benuaq, mungkin kehilangan orientasi karena dahsyatnya  perubahan lansekap dan sosial di sekelilingnya, mungkin tidak pernah  menyadari saat truk merek asing berbobot puluhan ton itu meluncur, tak terhentikan, dan melindasnya.  Tidak cukup dengan kejahatan ini, perusahaan
HPH itu menambah pelecehan dengan menawarkan ganti rugi beberapa kardus indomie dan sarden di upacara pemakaman. Hari ini, Pak Asuy dan Ibu Laiyen mengatakan tidak kepada ganti rugi, indomie atau sarden ataupun uang ratusan juta. Hutan ini, kampung ini, akan kita urus sendiri. Kalaupun kita menyongsong kekalahan, maka itu akan menjadi kematian dengan cara yang kita pilih sendiri. Berdaulat dan bermartabat. Kita telah mengatakan, "TIDAK".
Pak Asuy dan Ibu Laiyen adalah bagian tak terpisahkan dari dari gerakan kerakyatan dan kelestarian. Dan bila satu bagian tubuh tersakiti maka sakit pulalah seluruh tubuh kita. Memanifestasi yang selama ini kita telah kuasai retorikanya: bekerja bersama masyarakat adat, petani dan nelayan Indonesia menuju kedaulatan, kemandirian, dan martabat. Kita sekarang harus mempertahankan keselamatan jiwa dan sumber penghidupan. Tanpa keselamatan tidak ada kedaulatan.
Di Muara Tae, latar belakang dan konteks gerakan kerakyatan dan kelestarian ternyatakan. Di sini lah pertentangan akbar antara tujuan-tujuan ekonomi dengan perlindungan sumberdaya alam hayati. Langsung di depan mata kerusakan ekosistem hutan yang luar biasa, masyarakat/komunitas akan dimiskinkan dan dipinggirkan, sistem politik yang anti rakyat dan anti-lingkungan, dan ancaman langsung terhadap kedaulatan, kemandirian, dan martabat kita.
Kita secara langsung mengalami pengabaian negara atas layanan sosial dan ekologis alam, penggerogotan keberadaan komunitas sebagai kesatuan sosial yang otonom untuk mengatur dan mengurus dirinya dan sumberdaya alam di wilayahnya, proses politik kenegaraan yang tidak
demokratis-partisipatif-transparan. Dalam situasi ini, Masyarakat Adat Muara Tae tidak akan pernah menjadi pemegang kendali usaha yang utama.
Pada saat kita membiarkan perusahaan-perusahaan itu membongkar hutan dan kampung Muara Tae dan menjadikannya perkebunan kelapa sawit atau tambang, maka yakinlah bahwa keuntungan dan marjin terbesar tidak akan pernah diterima oleh komunitas lokal.
Jelaslah musuh-musuh kita: "Pelaku ketidakadilan ekologi termasuk yang terlibat dalam penelitian, pembuatan kebijakan, investasi/pembiayaan, perdagangan, dan konsumsi."
Dan gerakan memimpin kita dengan metode aksi andalan: perlawanan yang terorganisir melawan pengrusakan, dan promosi pengelolaan sumberdaya alam hayati lestari yang berbasis komunitas lokal. Artinya perlawanan terhadap PT Borneo Surya Mining Jaya dan segala kontraktor dan afiliasinya, Pemda Kutai Barat beserta segala kelengkapan aparatnya, dan berbagai industri
pengkonsumsi hasil perkebunan kelapa sawit dan tambang. Artinya membangun organisasi masyarakat adat, membangun koperasi, membangun community logging.
Kita tidak akan membiarkan Pak Asuy-Ibu Laiyen kalah dan mati sendirian. Inilah pertarungan eksistensial, konseptual dan kontekstual telapak. Inilah kesempatan kita untuk mulai dari diri sendiri, menjadi Gerpak, menjadi kerakyatan dan kelestarian. Kita lah basis masa yang harus bergerak. Kita lah yang akan menjadi kaum terpinggirkan itu. Ini saatnya gerakan kerakyatan dan kelestarian untuk menjadi.
Teman-teman,
Bergeraklah. Lakukanlah permintaan, himbauan, atau perintah ini:
  1. Hubungilah saya secara langsung, pribadi atau terbuka, melalui sms, telepon, atau email untuk masukan dan pertanyaan dan kesiapan apapun darimu satu-persatu.
  2. Dengan cara apapun yang memungkinkan, secara terorganisir, buatlah Bupati Kutai Barat, Ismael Thomas, S.H. agar memberikan kelonggaran, mendengarkan dan mendukung Kampung Muara Tae mempertahankan kawasan adatnya.
  3. Dengan cara apapun yang memungkinkan, secara terorganisir, buatlah Kepala Adat Muara Tae, Ignasius Igoq agar berpijak kepada kebenaran adat dan semangat kerakyatan dan kelestarian, atau terganti dengan orang lain yang mendukung keputusan mempertahankan kawasan adat Muara Tae.
  4. Sediakanlah dirimu untuk upaya-upaya perlawanan terorganisir berupa pengorganisasian masyarakat, pekerjaan-pekerjaan legal dan politik, penguatan garis pertahanan langsung di lapangan, kampanye dan advokasi.
  5. Sediakanlah dirimu untuk upaya-upaya pembangunan organisasi masyarakat adat, pengelola hutan, koperasi, dan community logging.
Demikianlah pesan ini. Mari telapaki jalan ini.

No comments: