19 February 2013

Muara Tae Baru 01 - tridaya fm


Setelah sekian lama tidak bersua, TRIDAYA FM (TRIpanji aDAlah keniscaYAan For Muara tae) kembali mengunjungi para pemirsa dengan berita-berita utama sebagai berikut:

  1. Gugatan Muara Tae kepada Bupati Kutai Barat melalui PTUN tentang penetapan tapal batas telah DITOLAK.  Dasar Keputusan PTUN Kaltim ini adalah karena Masrani dan warga Muara Tae dianggap Tidak Punya Kepentingan.  Berdasarkan fakta-fakta persidangan, Hakim PTUN tidak menemukan adanya kepentingan Masrani untuk memperkaya diri sendiri, oleh karenanya gugatannya ditolak. Adapun kepentingan adat, sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan atas kawasan adat tersebut, yang telah disampaikan di dalam persidangan oleh para saksi dan diperkuat berbagai alat bukti dianggap tidak penting oleh Hakim.  Atas keputusan PTUN ini Pihak Penggugat menyatakan pikir-pikir dan kemungkinan akan mengajukan banding.
  2. RSPO memerintahkan kepada First Resources Ltd. dan anak perusahaannya, PT Borneo Surya Mining Jaya, agar MENGHENTIKAN pembukaan lahan dan seluruh kegiatan operasional perusahaan di lapangan.  Perintah ini berdasarkan pengaduan oleh EIA kepada RSPO, dan selanjutnya diproses oleh RSPO berdasarkan mekanisme dan ketentuan internal RSPO yang seharusnya dipatuhi oleh para anggota RSPO, yaitu apabila ada pengaduan yang masuk akal, maka kegiatan operasional di lapangan harus dihentikan sampai ditetapkannya penyelesaian atas pengaduan tersebut.  Laporan reporter dari lapangan menunjukkan bahwa meskipun PT BSMJ telah menghentikan kegiatan pembukaan lahan di wilayah Muara Tae tapi di wilayah Lempunah perusahaan ini masih meneruskan pembukaan lahan.  Oleh karenanya RSPO harus tahu bahwa beginilah kinerja anggota-anggotanya di lapangan, selalu menimbulkan konflik, selalu mencari celah dan mengambil kesempatan dalam kesempitan, dan lain-lain. 
  3. Laporan warga Muara Tae kepada Polda Kaltim tentang dugaan pemalsuan tanda tangan dalam surat tuntutan pemecatan Petinggi Muara Tae telah DILIMPAHKAN kepada Polres Kutai Barat.  Menurut keterangan Polda Kaltim, pelimpahan kasus ini karena locus delictinya adalah di wilayah hukum Polres Kutai Barat.  Atas perkembangan kasus ini, warga Muara Tae mengaku telah garuk-garuk kepala dan hm hm hm saja.
  4. Laporan warga Muara Tae kepada Polisi tentang dugaan tindak pidana berupa penjualan tanah milik Muara Tae oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sampai sekarang BELUM ada kabar tindak lanjutnya.
  5. Proses PEMECATAN Masrani sebagai Petinggi Muara Tae terus berlangsung.  Pemecatan atau impeachment ini bukan karena nikah siri, bukan karena korupsi, bukan karena inkompetensi, akan tetapi karena satu dan lain hal (off the record: karena Masrani selalu menolak perusahaan tambang dan perkebunan kelapa sawit di wilayah Kampung Muara Tae).
  6. Berita Gembira: Anak paling bungsu Ibu Laiyen-Pak Asuy sudah bisa tengkurap, sekitar 3 bulan umurnya, NURANI namanya.  Moga-moga selalu sehat dan bahagia.
Demikian berita-berita utama TRIDAYA FM kali ini.

Keterangan Tambahan:
Semboyan Muara Tae Baru meniru semboyan Jokowi-Ahok yaitu Jakarta Baru.  Semoga seperti Jokowi-Ahok yang tetap semangat meskipun tantangan yang dihadapi Jakarta sedemikian berat dan sulitnya.  

Read More...

Muara Tae XXX - (lupa nomor jurnal terakhir, jangan berpikir yang bukan-buka​n)


Entah kenapa dalam perjalanan yang panjang di poros Samarinda-Muara Tae kali ini pikiranku tak bisa lepas dari Aziz. Bukan karena kangen pastinya karena baru ketemu kemarin. Pastinya juga bukan karena hutang karena sudah kulunasi. Mungkin karena ini bulan suci Ramadhan sehingga urusannya jadi ke religius-religius gitu. Nah, Aziz ini sudah bergelar Haji Kecil, sudah beribadah Umroh ke Mekah. Jadi Aziz ini belum pernah ke London atau Paris atau New York atau Bangkok atau Tiongkok (kalau Rengas Dengklok sih udah kali), tapi dia sudah ke Mekah, mungkin yang paling penting dari semua kota itu. Jadi dia sekarang bergelar Haji Kecil padahal dia tidak punya gelar Drs., Ir., DR., SH, MBA, MM, atau SPi, SPet, SHut, atau apapun. Memang Haji Kecil sudah paling pas juga sih dengan postur tubuhnya. Ini hal berikutnya yang membuatku memikirkan Aziz dalam perjalanan ke Muara Tae ini, soal pisik. Yang paling sesuai dengan gambaran Asterix ya dia ini lah. Kecil, bengil, tengil, siap kelahi dan ditugaskan ke manapun. Begitulah si Azizterix ini. Plus kualitas-kualitasnya yang lain, seperti misalnya dengan gajinya yang kecil sebagai pengelola T-Port dulu dan beberapa tahun terakhir sebagai sekretaris BPT kok bisa dia pergi ke Mekah, ngasih aku utangan untuk beli rumah, kumintain rokok setiap hari (Sampoerna Kretek). Mungkin memang irit dia ini: naik angkot saja, kontrak rumah di pelosok mana gitu, handphone Samsung 200 ribuan, tidak minum-minum kecuali sesekali tiap dua atau empat tahun, liburan keluarga paling ke Kebun Raya Bogor (naik angkot, karcis gratis untuk anak di bawah lima tahun, boleh membawa makanan dan minuman dari luar, tidak seperti kafe-kafe atau restoran atau bioskop-bioskop itu), makan nya sedikit banget (sehingga juga tidak pernah menciptakan beban, khususnya bagi motornya Pak Asuy).
Jadi inilah pemikiranku di sepanjang jalan ke Muara Tae: untuk menandingi yang berkuasa, mewah, kaya, kuat, seram dan besar maka kita perlu menjadi kecil. Seperti juga kata kitab suci, Kecil mengalahkan besar.
Ini nampaknya tema perjalanan ziarah ke Muara Tae kali ini di bulan suci. Selamat Berpuasa!

Read More...

Muara Tae 17 - salam sambungan lagi

Nonette, yang sementara Hendaru merenungi nasib dengan sigap telepon sana-sini untuk menggalang dukungan legal dan ACT NOW untuk Muara Tae, sebagaimana nampak dalam foto yang terlampir di email sebelum ini.

Rukka, semua akan terjadi pada waktunya, Ukka, termasuk roman dan romansa.

Ejhon, punya banyak ilmu dari hasil nyantri di sebuah perguruan, moga-moga segera terterapkan di Muara Tae, biar bisa segera jadi "duwit" atau "do it!".

Nanang, serius dong kalau mau bikin komik atau film yang tidak serius tentang Muara Tae!

Pandit, maaf, Mas, aku kurang paham maksud Panjenengan.

Abu, kordinat-kordinat-kordinat.

Agung, janji terus....

Nawa, sebagai buto ijo kayaknya Bapak yang pali bisa mengimbangi keseraman perusahaan tambang dan batubara, nih.

Yuyun, latihan terus kapan manggungnya nih?

Alex dan Wawan, rencana berikutnya adalah kita perkenalkan classic rock dan blues ke MuaraTae ya! Supaya ada hiburan baru untuk Pak Asuy, Ibu Laiyen, Beliau, Ibu Maria Apung (78), Bapak Mantan Ketua Adat dan lain-lain. Sementara itu, biarlah Pak Petinggi, Saipul (asli Benuaq), dan lain-lain pemuda-pemudi sana menikmati lagu-lagu remaja masa kini di HP mereka.

(selesai. maaf kalau ada yang kelupaan gak dapat salam)

N.B. Situasi di Muara Tae saat ini semakin meruncing dan teman-teman kita di Muara Tae secara khusus meminta dukungan berupa bantuan hukum. Saya berharap teman-teman yang pengacara atau berkompeten dalam bidang hukum untuk segera  mengulurkan tangan dan turut membantu.

Read More...

Muara Tae 16 - salam sambungan

Hari Kikuk, yang secara tak terduga ternyata terkait dengan lingkaran elit kekuasaan dan politik di Kutai Barat.

Jean Nito, yakinlah bahwa almarhum Che Guevara pasti bangga dengan apa yang sedang kau lakukan.

Karno Kolor Ijo, sebenarnya menanam sayur jauh lebih menantang daripada melawan tambang atau perkebunan.

Sandika, jangan khawatir... paling lama 20 tahun lagi dikau pasti bisa setidaknya selucu Olga Saputra.

Nael, ada salam khusus buatmu dari seorang gadis putri pengusaha tambal ban di Camp Baru, Muara Tae. Katanya, "Kapan Abang datang?"

Rita, terima kasih atas masukan dan kepustakaan dalam kaitannya dengan sistem manajemen daripada air.

Rajidt, terimakasih atas pencerahan darimu tentang kesamaan dan perbedaan situasi kedaruratan antara Medan dan Muara Tae.

Seting, selamat ya... kudengar engkau diangkat oleh para konstituen jadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Muara Tae untuk Facebook.

Arso, jangan lupa kalau ke bogor bawakan tasku yang ketinggalan di rumahmu (maaf, ini pesan pribadi numpang bandwith, ngirit pulsa).

Yayat, working for RARE but you've more than rarely engaged with Muara Tae.

Hendaru, yang turut merenungi nasib, sebagaimana foto terlampir.

Sidik, orang-orang galia Muara Tae mengharapkan lesson learned darimu tentang bisnis broadcasting, industri percetakan, dan industri perkayuan.

Gede, setia dalam pertemanan, setia dalam pelayanan.

(bersambung lagi, to be continued again)

Read More...

Muara Tae 15 - salam

Pak Asuy, Ibu Laiyen, Pak Petinggi, Saipul, Beliau, Ibu Maria Apung, Bapak Mantan Kepala Adat dan banyak lagi Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, dan Pemuda-Pemudi Muara Tae menyampaikan salam kepada seluruh Anggota Telapak yang sedang berada di manapun juga.  Pesan dalam salam adalah ungkapan syukur atas bela rasa dan sepenanggungan dalam suka dan upaya.

Aku juga jadi ingin menyampaikan salam khusus, berdasarkan urutan tanggapan seingatku melalui berbagai media, untuk:

Mina, maaf belum ketemu ramuan ajaibnya tapi kita dan seluruh warga Muara Tae tetap terus mencarinya kok.

Mahir, yang paling lambat dalam hitungan ketiga pasti sudah menanggapi apapun secara super pas.

Aziz, yang adalah orang telapak yang paling tidak menimbulkan beban, menurut pengakuan motornya Pak Asuy, Yamaha RX 100 CC tahun 1976.

Hapsoro, tolong sampaikan ke Pak Kuntoro bahwa kita sangat mendukung Muarataeorium.

Yoyon Kolor Ijo, yang kedatangannya selalu menimbulkan beban berat, menurut pengakuan motornya Pak Asuy.

Ery, masukanmu sungguh paling sangat berguna. Tetap Semangat!

Abdon,  semua indah pada waktunya ya, Don.

Anda, terimakasih atas loyalitasmu pada Kantor Pos.

Matulandi, salam kami buat Tumaratas ya.

Dwi, angkatan udara sejati, baik melalui teknologi informasi maupun penelitian burung dan biodiversiti.

Ghonjess, tanpa pengaturan logistikmu hutan belantara takkan bisa kutahankan.

Kosar, untung ada orang sepertimu yang masih bisa gusar kalau pemerintah atau perusahaan ingkar.

Fatrah, selamat kembali ke fitrah.

Pudho, orang sepertimu sangat dibutuhkan mengingat bagian rawa dan banjir bisa kauatasi dengan baik.

(bersambung, to be continued)

Read More...

Muara Tae 14 - muarataeorium

Pada hari ini, Minggu 3 Juni 2011, telah berlangsung Upacara Makan Nyahuq Bayaq di Utaq Melinau, Hutan Adat Muara Tae. Secara garis besar, upacara ini adalah upacara makan-makan para leluhur yang menjaga pohon-pohon, hutan, air, dan tanah di Muara Tae. Prosesi dalam upacara ini terdiri dari:

  1. Mantra dan doa untuk melepas mara bahaya, dilakukan di rumah panggung.
  2. Turun ke tanah dan menyampaikan mantra dan doa dan persembahan di tempat-tempat yang telah disiapkan untuk para leluhur. Mengundang para leluhur untuk makan-makan.
  3. Semua sisa-sisa makanan yang tidak bisa dihabiskan oleh para leluhur kemudian diangkut kembali ke rumah panggung untuk dimakan oleh para manusia, besar kecil muda tua.
Setelah keseluruhan prosesi upacara diselesaikan secara khidmat, khusuk, dan menyenangkan, acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Pak Asuy dengan seragam telapak t-140nya memulai dengan menyampaikan taklimat sebagai Ketua Kelompok Pesuli Lati Tana Adat Takaa. Tidak ada hal yang penting dari taklimat tersebut untuk dilaporkan di sini, kecuali bahwa kelompok ini akan memelopori dan memimpin seluruh Masyarakat Adat Muara Tae untuk mempertahankan dan menjaga Kawasan Adat Muara Tae sampai kapanpun, dengan cara apapun, dengan konsekuensi apapun, dan bahwa kelompok ini akan mengembalikan yang pernah ada menjadi ada lagi, dan yang tiada menjadi ada, dan yang masih ada menjadi semakin ada (ini sungguhan beneran, penulis sama sekali tidak mengada ada), dan bahwa sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah memaksakan terwujudnya moratorium perampasan hak dan pembongkaran hutan, sebagai wujud partisipasi nyata rakyat untuk Presiden SBY dengan kepres atau inpres moratoriumnya, sebagai dukungan tulus terhadap Letter of Intent antara Indonesia dan Norwegia yang dengan seluruh niat baik bermaksud menyelamatkan bumi dari perubahan iklim yang mengancam dunia, sebagai sebuah solidaritas kepada jajaran LSM se-Indonesia yang sedang memperjuangkan good governance, keadilan ekologi, dan penghormatan hak asasi, sebagai bakti suci kepada leluhur dan alam semesta yang menaungi bumi dan manusia.

Setelah taklimat yang terlalu datar dan kurang greget dari Pak Asuy tersebut, Pak Petinggi kemudian menyampaikan berbagai konteks ekonomi, sosial, dan politik berkenaan dengan Muarataeorium ini, termasuk menginformasikan bahwa semua perusahaan sawit dan tambang yang beroperasi di sekitar kampung dan yang sedang mengancam kampung sesungguhnya adalah sponsor politik dan finansial Bupati Romawi Kutai Barat dan bahwa melawan perusahaan-perusahaan tersebut adalah identik dengan melawan Pemda.

Setelah Pak Petinggi, giliranku memberi sambutan. Aku menyampaikan beberapa lelucon tentang orang tegal penjaga fotokopian, orang banyumas penjual soto, orang jogja di bis kota, orang surabaya peternak buaya, dan beberapa objek lainnya. Sambutanku nampaknya cukup memperoleh sambutan, terbukti dengan disajikannya berbagai jenis kue dan minuman saat aku menyampaikan sambutan tersebut.

Read More...

Muara Tae 13 - gatal

BLH Ha Ha Ha...

BLH adalah singkatan dari Badan Lingkungan Hidup. Ini salah satu badan di Pemda Kutai Barat.

8 Juni 2011: Pak Petinggi beserta wakil-wakil masyarakat Kampung Muara Tae melakukan pengechekan lapabgan di waduk peampungan limbah dan Sungai Nayan

14 Juni 2011: Pak Petinggi mengirimkan surat resmi dari Kampung Muara Tae kepada BLH untuk mengadukan tentang pencemaran Sungai Nayan oleh
limbah cair dari perusahaan sub-kontraktor PT Gunung Bayan, sebuah perusahaan tambang batubara yang beroperasi di sekitar Kampung Muara
Tae.

Sekitar Minggu III Juni 2011: Ditengarai bahwa oknum-oknum BLH berkomunikasi, negosiasi, dan membangun kesepakatan-kesepakatan rahasia
dengan pihak perusahaan yang diadukan oleh Muara Tae.

25 Juni 2011: Oknum-oknum BLH diketahui berkunjung dan menginap di kompleks perusahaan.

26 Juni 2011: Pak Petinggi dan Karno Kolor Ijo (KKI) diundang perusahaan untuk membicarakan persoalan pencemaran. Dalam rapat tersebut BLH
menyatakan bahwa pencemaran di Sungai Nayan masih dalam ambang batas yang diperbolehkan undang-undang. Waktu KKI menanyakan metode
pengukuran, sampling, dan lain-lain.. pihak BLH dan perusahaan memelototinya dengan muka seram. Pak Petinggi dan KKI pulang ke kampung.

Sementara itu...
Pepohonan dan rerumputan di sepanjang waduk penampungan limbah dan sebagian Sungai Kayan terus meranggas dan mati.

Siapa saja yang ketahuan atau tidak ketahuan bersinggungan dengan air
terpolusi itu, gatal gatallah dia.

Read More...

18 February 2013

Muara Tae 12 - hidup adalah pilihan

Akhirnya aku memilih pergi ke Muara Tae. Pilihan-pilihan lain yang tidak kupilih di antaranya adalah: menghadiri upacara pelantikan Rajidt sebagai Datuk Mangguyang Alam di Bonjol sana, menghadiri undangan pertemuan dengan Sekretaris Kabinet Repiblik Indonesia (maaf, salah ketik. Harusnya Republik Indonesia) berkaitan dengan inpres moratorium kehutanan itu, lokakarya penulisan laporan studi tentang sumberdaya pesisir yang lestari dan berbasis komunitas dst dst maksudnya tambak itu, melaksanakan liburan bersama keluarga, atau masuk kerja hari senin sampai jumat nanti.
Sampai di sini para pembaca tentu sudah bisa menduga apa alasan, pertimbangan, dan kegentingannya sehingga aku memilih pergi ke Muara Tae. Tapi baiklah, demi semangat transparansi yang tinggi aku uraikan secara seutuhnya dan apa adanya sebagai berikut.
  1. Upacara Adat untuk peresmian pondok jaga. Ternyata hanya dalam waktu singkat sejak perjalananku yang dahulu itu, orang-orang galia Muara Tae ini telah membangun 5 lagi pondok jaga di 5 kelompok hutan adat yang ada, dan sudah ada 200an keluarga yang secara resmi berkata (ingat: berkata bukan bertandatangan atau ber yang lainnya) setuju siap komit mantep mau turut mempertahankan hutan adat. Makanya upacara pesta adat ini akan dilakukan. Celakanya, seperti yang kulaporkan dahulu, mereka berharap agar kita pada datang di pesta ini, yaitu yang kuat-kuat: kuat jalan (jauh), kuat makan (banyak), kuat minum (keras). Aku tidak memenuhi ketiga kriteria kuat itu, akan tetapi terpaksa mewakili karena teman-teman yang memenuhi kualifikasi naga-naganya sedang pada kecapean, kekenyangan, atau kemabukan.
  2. Rupanya sepanjang 2 minggu terakhir, Pak Petinggi sudah 3 kali didatangi perwakilan-perwakilan resmi dari sebuah perusahaan tambang batubara. Ini perusahaan baru yang dimiliki, menurut kabar-kabar, oleh unsur pimpinan legislatif Kutai Barat (inisialnya KetDPRD) yang berkongsi dengan pengusaha dari Jawa Barat (inisialnya CPGANTI). Ini perkembangan yang sangat serius dan menyeramkan. Ancaman dari sisi selatan dan timur dari perusahaan perkebunan sedang puncak-puncaknya, ini datang lagi ancaman dari sisi utara. Nah, di sinilah para pembaca sangat diharapkan untuk memberi masukan berupa guyonan-guyonan, humor, komik yang nyrempet-nyrempet, joke, mob, dan lain-lain. Aku harus bawa yang lucu-lucu tersebut, sesuai dengan salah satu poin dalam panduan berkegiatan di Muara Tae: pada saat perusahaan-perusahaan, preman-preman, birokrat, LSM, dan lain-lain membawa dan bicara tentang hal yang serius dan menyeramkan seperti gusur kampung atau bongkar hutan atau buka tambang, maka kita harus datang dengan membawa perubahan, jangan yang serius dan seram-seram gitu ah...
  3. Aku menulis ini di atas pesawat yang sedang melintasi Laut Jawa menuju Pulau Kalimantan. Aku menulis ini di sebuah handphone baru yang canggih. Satu satunya kekurangannya adalah ukurannya yang terlalu besar, kira-kira hampir sama panjang, lebar, dan tebalnya dengan buku-buku tentang air yang belum lama ini ditulis oleh Rita, Oka, dan lain-lain dan diterbitkan oleh telapak. Jadi memang canggih sih, tapi beratnya itu lho... Aku mempunyai sebuah rencana dengan handphone canggih ini, yaitu berupaya mengimbangi Pak Petinggi secara teknologi. Soalnya sudah nyata bahwa aku sudah kalah dari Pak Petinggi secara ideologi. Juga secara humorologi.
  4. Last but not least: masih berkaitan dengan beberapa poin di atas, aku memilih ke Muara Tae bukan ke Medan, Jakarta, atau Crawford Lodge atau yang lainnya dimanapun hari ini karena jelas di sini aku hanya harus berusaha lucu dan tidak serius. Ini sesuai dengan kapasitas dan lain-lainku yang tidak memungkinkan untuk sebuah keterlibatan intelektual, organisasional, atau finansial yang memadai pada saat ini di berbagai lini perjuangan, pencapaian, dan kegiatan strategis teman-teman di seantero nuswantara tersebut.
Jadi, kalau ternyata teman-teman pada suka baca dan baterai masih ada moga-moga besok aku bisa lanjutkan cerita-cerita dari Muara Tae.
(diketik di batas langit 30 ribu kaki, di handphone yang membumi). Keterangan: mereknya ZTE, kepanjangannya Zown To Earth...bagus khan!

Read More...

Muara Tae 11 - bergeraklah

Teman-teman,
Neneknya Pak Asuy meninggal ditabrak truk logging di tahun 90an. Bayangkan seorang perempuan tua Benuaq, mungkin kehilangan orientasi karena dahsyatnya  perubahan lansekap dan sosial di sekelilingnya, mungkin tidak pernah  menyadari saat truk merek asing berbobot puluhan ton itu meluncur, tak terhentikan, dan melindasnya.  Tidak cukup dengan kejahatan ini, perusahaan
HPH itu menambah pelecehan dengan menawarkan ganti rugi beberapa kardus indomie dan sarden di upacara pemakaman. Hari ini, Pak Asuy dan Ibu Laiyen mengatakan tidak kepada ganti rugi, indomie atau sarden ataupun uang ratusan juta. Hutan ini, kampung ini, akan kita urus sendiri. Kalaupun kita menyongsong kekalahan, maka itu akan menjadi kematian dengan cara yang kita pilih sendiri. Berdaulat dan bermartabat. Kita telah mengatakan, "TIDAK".
Pak Asuy dan Ibu Laiyen adalah bagian tak terpisahkan dari dari gerakan kerakyatan dan kelestarian. Dan bila satu bagian tubuh tersakiti maka sakit pulalah seluruh tubuh kita. Memanifestasi yang selama ini kita telah kuasai retorikanya: bekerja bersama masyarakat adat, petani dan nelayan Indonesia menuju kedaulatan, kemandirian, dan martabat. Kita sekarang harus mempertahankan keselamatan jiwa dan sumber penghidupan. Tanpa keselamatan tidak ada kedaulatan.
Di Muara Tae, latar belakang dan konteks gerakan kerakyatan dan kelestarian ternyatakan. Di sini lah pertentangan akbar antara tujuan-tujuan ekonomi dengan perlindungan sumberdaya alam hayati. Langsung di depan mata kerusakan ekosistem hutan yang luar biasa, masyarakat/komunitas akan dimiskinkan dan dipinggirkan, sistem politik yang anti rakyat dan anti-lingkungan, dan ancaman langsung terhadap kedaulatan, kemandirian, dan martabat kita.
Kita secara langsung mengalami pengabaian negara atas layanan sosial dan ekologis alam, penggerogotan keberadaan komunitas sebagai kesatuan sosial yang otonom untuk mengatur dan mengurus dirinya dan sumberdaya alam di wilayahnya, proses politik kenegaraan yang tidak
demokratis-partisipatif-transparan. Dalam situasi ini, Masyarakat Adat Muara Tae tidak akan pernah menjadi pemegang kendali usaha yang utama.
Pada saat kita membiarkan perusahaan-perusahaan itu membongkar hutan dan kampung Muara Tae dan menjadikannya perkebunan kelapa sawit atau tambang, maka yakinlah bahwa keuntungan dan marjin terbesar tidak akan pernah diterima oleh komunitas lokal.
Jelaslah musuh-musuh kita: "Pelaku ketidakadilan ekologi termasuk yang terlibat dalam penelitian, pembuatan kebijakan, investasi/pembiayaan, perdagangan, dan konsumsi."
Dan gerakan memimpin kita dengan metode aksi andalan: perlawanan yang terorganisir melawan pengrusakan, dan promosi pengelolaan sumberdaya alam hayati lestari yang berbasis komunitas lokal. Artinya perlawanan terhadap PT Borneo Surya Mining Jaya dan segala kontraktor dan afiliasinya, Pemda Kutai Barat beserta segala kelengkapan aparatnya, dan berbagai industri
pengkonsumsi hasil perkebunan kelapa sawit dan tambang. Artinya membangun organisasi masyarakat adat, membangun koperasi, membangun community logging.
Kita tidak akan membiarkan Pak Asuy-Ibu Laiyen kalah dan mati sendirian. Inilah pertarungan eksistensial, konseptual dan kontekstual telapak. Inilah kesempatan kita untuk mulai dari diri sendiri, menjadi Gerpak, menjadi kerakyatan dan kelestarian. Kita lah basis masa yang harus bergerak. Kita lah yang akan menjadi kaum terpinggirkan itu. Ini saatnya gerakan kerakyatan dan kelestarian untuk menjadi.
Teman-teman,
Bergeraklah. Lakukanlah permintaan, himbauan, atau perintah ini:
  1. Hubungilah saya secara langsung, pribadi atau terbuka, melalui sms, telepon, atau email untuk masukan dan pertanyaan dan kesiapan apapun darimu satu-persatu.
  2. Dengan cara apapun yang memungkinkan, secara terorganisir, buatlah Bupati Kutai Barat, Ismael Thomas, S.H. agar memberikan kelonggaran, mendengarkan dan mendukung Kampung Muara Tae mempertahankan kawasan adatnya.
  3. Dengan cara apapun yang memungkinkan, secara terorganisir, buatlah Kepala Adat Muara Tae, Ignasius Igoq agar berpijak kepada kebenaran adat dan semangat kerakyatan dan kelestarian, atau terganti dengan orang lain yang mendukung keputusan mempertahankan kawasan adat Muara Tae.
  4. Sediakanlah dirimu untuk upaya-upaya perlawanan terorganisir berupa pengorganisasian masyarakat, pekerjaan-pekerjaan legal dan politik, penguatan garis pertahanan langsung di lapangan, kampanye dan advokasi.
  5. Sediakanlah dirimu untuk upaya-upaya pembangunan organisasi masyarakat adat, pengelola hutan, koperasi, dan community logging.
Demikianlah pesan ini. Mari telapaki jalan ini.

Read More...

Muara Tae 10 - tips and tricks

Mengakhiri perjalanan ke Muara Tae, dengan lesson learned yang ada aku bermaksud menawarkan saran dan tips berikut ini bagi siapapun yang bermaksud berkunjung, berwisata, berperang, berliburan ke Muara Tae:
  1. Membangun saling kepercayaan dengan masyarakat setempat.  Hal ini sangat penting karena di daerah ini tidak ada ATM atau fasilitas debet sehingga apabila kita kehabisan uang kita harus bisa meminjam dari orang-orang galia Muara Tae itu.  Tapi dalam hal ini juga harus hati-hati karena kita bisa masuk ke dalam jebakan utang.  Contohnya waktu aku membayar utang Rp 100 ribu ke Beliau itu, dia malah kembalikan Rp 40 ribu. Berarti yang waktu sebelumnya aku minum beberapa gelas madu di rumahnya itu belum terbayar lunas.  Padahal madu itu adalah madu paling enak sedunia, warnanya seperti bimoli dan harganya Rp 200 ribu per liter.
  2. Memahami (atau pura-pura tertarik pada) ilmu-ilmu biologi atau antropologi.  Soalnya mereka itu punya kebiasaan tiba-tiba menunjuk sesuatu dan menjelaskan namanya dalam berbagai bahasa, manfaatnya, sejarahnya, kegunaannya untuk adat, legendanya, roh penunggunya, dan seterusnya. Mereka mungkin akan tersinggung atau curiga kalau kita tidak menunjukkan ketertarikan (wajar sih sebenarnya karena sudah capek jalan) dan mencatatnya di buku-buku tulis kecil yang kita bawa kemana-mana itu.
  3. Harus cool dan bisa pasang “poker face”.  Ini penting supaya kita tidak dianggap kagetan atau gumunan (mudah terkejut) atau gampang naik darah.  Jadi apabila mereka bilang “jalan kakinya 2 jam saja” atau “jaraknya hanya satu kilo meter kok” kita harus tetap tenang, cool, dan tidak menunjukkan kekhawatiran, ketakutan, atau bahkan kemarahan karena kenyataannya tidak seperti itu.
  4. Harus lucu.  Alasannya begini: sudah setiap hari orang-orang yang datang ke mereka, yaitu dari perusahaan, dinas-dinas pemerintah, polisi, babinsa, surveyor, konsultan, dan lain-lain selalu bertampang serius dan bicara tentang hal-hal yang menyeramkan seperti bongkar hutan atau gusur kampung atau penjara atau uang bermilyar-milyar atau pilkada.  Jadi kalau kita juga datang dengan tampang serius dan profesional maka bisa-bisa mereka mengusir kita dan berkata, “buat apa datang kalau tidak ada perubahan.”
  5. Harus pintar nyanyi.  Soalnya mereka suka mengikat orang yang nyanyi dengan nada sumbang di pohon depan rumah.  Namanya juga orang galia Muara Tae...
  6. Harus kuat makan.  Mereka ini kurus-kurus, jadi mereka suka tersinggung kalau tahu ada orang yang ikut program diet karbohidrat, diet berdasarkan golongan darah, diet lemak, atau diet apapun. 
  7. Kalau bisa yang datang adalah yang berkacamata.  Kalau ini adalah supaya tidak terlalu ketahuan apabila ketiduran atau ngalamun saat mereka bicara panjang-panjang tanpa nada tanpa pangkal tanpa ujung sampai larut malam.
  8. Simpan lagu-lagu remaja masa kini di HPmu.  Ini terutama bila yang datang masih lajang.  Ini akan sangat menyenangkan dan bisa mengambil hati gadis-gadis remaja di sana (SD sampai SMA).
  9. Harus sering mandi.  Klulut, serangga yang terbang dan banyak sekali di hutan, suka sekali dengan bau keringat. Istilahnya: You just won’t survive klulut!
  10. Harus bisa melihat dalam kegelapan.  Hal ini berlaku baik secara literal, yaitu supaya tidak nabrak-nabrak atau tersandung di malam-malam tidak ada listrik, maupun secara non-literal, yaitu supaya kita bisa melihat hal-hal yang lucu dan menyenangkan di dalam situasi yang penuh kesedihan atau kesuraman, dan menemukan terobosan-terobosan baru di dalam persoalan yang seperti tidak ada solusinya.
  11. Berkaitan dengan baterai HP atau laptop, saya menyarankan tidak usah buru-buru beli yang bagus dan tahan lama karena toh sebentar lagi kita akan beli genset kecil itu.
  12. Jangan mau kalau ditawari nyetir motor.  Orang-orang galia Muara Tae ini ada kecenderungan menjadikan “jatuh dari motor” sebagai berita besar yang diketahui seluruh kampung bahkan kabupaten.
  13. Jangan mau kalau diminta mendatangi camp perkebunan sawit.  Aku curiga mereka sengaja mengerjain soalnya mereka happy banget ndengerin orang jawa medok bicara dengan orang jawa medok lainnya.
  14. Jangan terlalu banyak keluarkan gagasan, rencana atau informasi yang penting.  Hal ini didasari pada kecurigaanku yang belum terjawab tentang laptop Pak Petinggi, baterainya tahan lama sekali dan fasilitas atau kemampuan-kemampuan lain laptop itu masih sangat misterius.

Catatan:
Setelah yang ini aku berharap bisa menulis yang serius, sistematis, penuh kemampuan manajerial dan leadership, soalnya kemarin-kemarin selama di Muara Tae harus berusaha keras agar lucu dan senang, mengingat lesson learned di atas.

Read More...

17 February 2013

Muara Tae 09 - pembangunan dan lapangan kerja


Program Terpadu Pembangunan Jalan dan Penciptaan Lapangan Kerja

Pembangunan jalan di Kabupaten Kutai Barat dipadukan dengan penciptaan lapangan kerja, khususnya bagi para pemuda dayak setempat.  Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa orientasi pembangunan pada sektor pertambangan dan perkebunan selama ini telah mengakibatkan pengangguran besar-besaran di kelas masyarakat setempat.  Diperkirakan bahwa paling banyak hanya 10% dari tenaga kerja di perusahaan-perusahaan pertambangan dan perkebunan yang berasal dari masyarakat setempat.  Sebagian besarnya adalah pekerja pendatang dari Sulawesi, Jawa, Sumatra, dan Flores.  Padahal pembangunan pertambangan dan perkebunan tersebut telah menghilangkan mata pencaharian dan sumber-sumber penghidupan masyarakat setempat, yaitu dengan hilangnya kebun, hutan dan ladang.  Dalam kondisi tersebut, pembangunan jalan menciptakan lapangan kerja baru bagi para pemuda setempat, yaitu menjadi pemungut uang receh di setiap bagian jalan yang berlubang-lubang, berlumpur, dan rusak.  Setiap kendaraan yang lewat membayar antara Rp 500 sampai Rp 1000 kepada kelompok pemuda yang berjaga di titik jalan yang rusak tersebut.  Kadang-kadang para pemuda tersebut memperlihatkan sekop atau pacul sebagai justifikasi, tapi seringkali juga hanya sekedar berdiri di pinggir atau tengah jalan dan memungut bayaran receh ini.  Dengan perkiraan panjang jalan antara Samarinda sampai Melak adalah sekitar 350 km, dan apabila pos pungutan jalan rusak ini didirikan setiap 5 m, dan apabila setiap pos pemungutan ditenagakerjai oleh 3 orang pemuda, maka lapangan pekerjaan yang tercipta adalah sebanyak 350.000 meter dibagi 5 meter dikali 3 pemuda: 210.000 tenaga kerja.  Apabila setiap pos pungutan ditenagakerjai dengan dua shift, siang dan malam, maka profesi ini bisa menyerap 2 X 210.000 = 420.000 tenaga kerja.  Konsep yang brilian!!! 

Berikut adalah beberapa kekuatan dan kelemahan, juga persyaratan dalam pemaduan pembangunan jalan dan penciptaan lapangan kerja ini:

Syarat:
1.       Jalan yang dibangun harus dipastikan segera rusak dan setiap 5 meter harus muncul lubang-lubang besar, bergelombang, aspal terkelupas, berlumpur.
2.       Pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga banyak kendaraan yang melintas.  Lebih baik lagi bila kendaraan-kendaraan yang melintas sebagian besar adalah kendaraan yang berbobot berat dan mahal, truk, double cabin,dll.

Kelebihan dari Konsep Terpadu ini:
1.       Mengurangi kecelakaan lalu lintas.  Hal ini mengingat kendaraan-kendaraan harus melambat atau berhenti setiap 5 meter sehingga kecepatan rata-rata di jalan paling hanya 0,5 km/jam.
2.       Memungkinkan para sopir menyopir sambil smsan, telponan, main game di HP, atau mengisi TTS.  Bahkan ada yang main catur dengan penumpang di sebelahnya.
3.       Persatuan dan kesatuan di antara penumpang pada khususnya dan antara penduduk pada umumnya menjadi lebih kuat karena banyak waktu untuk ngobrol di sepanjang perjalanan.
4.       Sesuai dengan poin-poin di atas maka pemandangan di sepanjang perjalanan juga bisa lebih dicermati.
5.       Memungkinkan munculnya industri pendukung di sepanjang jalan, seperti: tukang pijat, counter bensin dan solar drive through, pemutaran film singkat di pinggir jalan yang bisa dinikmati dari jendela mobil, dll.
6.       Memungkinkan para pemuda penjaga pos pungutan untuk bekerja sambil mengerjakan soal-soal Universitas Terbuka atau membaca buku.
7.       Mendorong munculnya para novelis, cerpenis dan penyair dengan banyaknya waktu merenung dan mencorat-coret selama perjalanan.

Kekurangan dari Konsep Terpadu ini:
1.       Martabat para pemuda bisa turun karena penampilannya jadi dekil, berdebu, rambut gimbal, kurus-kurus.  Kekurangan ini bisa diatasi dengan menyediakan peralatan keselamatan kerja seperti baju overall, masker mulut dan hidung, kacamata keselamatan, dan topi proyek yang berwarna merah atau kuning.
2.       Orang-orang telapak jadi semakin malas pergi ke Muara Tae karena perjalanan menjadi 20 atau 40 kali lipat lebih lama.

Sebagai catatan, menambah argumen di atas, perlu diketahui bahwa sektor pertambangan dan perkebunan sesungguhnya menciptakan multiplier effect berupa berbagai jenis usaha dan penyediaan produk dan jasa yang juga menciptakan lapangan kerja, akan tetapi multiplier effect tersebut utamanya juga dimanfaatkan oleh para pendatang, bukan oleh masyarakat setempat.  Sebagai contoh:

Penjual sayuran keliling: orang Jawa.
Penjual sepatu dan baju keliling: orang Jawa atau Bugis.
Penjaga Warung Tegal: ya orang Tegal lah
Penjaga Fotokopian: pemuda dari Tegal
Tukang tambal ban: orang BTL (penulis tidak berani mencatumkan kepanjangannya)
Polisi: orang Bali atau Jawa
Sopir Travel: orang Bugis atau Banjar
Penjaga malam: orang Flores
Penjual jagung: tidak berhasil diklasifikasi
Pimpinan perusahaan: orang Bule (termasuk Korea dan Cina)
Surveyor: orang ITB aatau IPB
Tukang pijat: belum memperoleh data primer.

Read More...

16 February 2013

Muara Tae 08 - hutan dan air

Menjaga Hutan dan Mata Air sebagai Sumber Penghidupan
 
Ternyata ada sebuah rahasia di balik semua keheroikan orang-orang galia Muara Tae ini untuk menjaga kawasan dan hutan adatnya.  Rahasia ini terbongkar saat ngobrol-ngobrol dengan Pak Petinggi, sebagai berikut:
 
Pak Petinggi       : “Begini, Mas... Sebetulnya ada sebuah rahasia yang saya mau ceritakan”
 
Aku                        : “Apa Pak?
 
Pak Petinggi       : “Sebenarnya kami punya sebuah rencana bisnis yang luar biasa dan berjangka panjang.  Tapi Mas harus bisa rahasiakan ya.. supaya tidak ketahuan sama para pesaing.”
 
Aku                        : “Iya lah, Pak.  Pasti saya rahasiakan.”
 
Pak Petinggi       : “Jadi begini, Mas.  Kan semua lahan di sekitar kampung kita ini sudah habis untuk tambang dan perkebunan kelapa sawit, jadi pasti tidak lama lagi mereka semua akan kesulitan air. 
 
Aku                        : “Terus?”
 
Pak Petinggi       : “Nah, begitu, Mas.... Makanya kami mau jaga hutan ini dan mata air-mata air.  Jadi nanti kita akan bikin perusahaan penyedia air, seperti Aqua gitu.  Pasti akan laku keras dan mereka semua akan beli dari kita.”
 
Pak Petinggi       : “Kan mereka tidak bisa minum air bekas tambang, atau memeras TBS jadi air minum.  Pasti sungai-sungai dan mata air-mata air mereka akan kering kerontang. Kita akan suplai air dan jadi perusahaan raksasa seperti Danone”
 
Pak Petinggi       : “Tapi jangan bilang-bilang ya...jangan sampai mereka tahu dan ikut-ikutan jaga hutan dan lestarikan mata air.  Kita gak mau ada pesaing dalam bisnis ini.”
 
Itu ternyata rahasia di balik semua ini.  Aku menduga itu juga sebabnya Pak Petinggi ini tidak pernah mau lepas dengan laptopnya.  Di sana rupanya juga tersimpan berbagai informasi dan intelijen bisnis yang sangat sensitif.  Bahkan sampai sekarang aku belum berhasil mengetahui merek dan tipe laptopnya itu.  Misterius sekali.  Aku jadi khawatir laptop itu memang luar biasa dan bahkan bisa menyadap pembicaraan-pembicaraan dan langsung merekamnya dan mentranskripnya dan menyusunnya menjadi Rencana Strategis atau Business Plan.  Aku jadi turut hati-hati dan menyembunyikan buku catatan kecil yang selalu kubawa-bawa layaknya seorang pemerhati dan aktivis yang baik dan benar.
 
Aku sebetulnya agak skeptis dengan rencana rahasia ini karena kalau mau menyaingi PT Danone Aqua itu mereka setidaknya harus punya hutan seluas gunung salak di bogor.  Di sini kalau dikumpul-kumpul paling-paling mereka hanya bisa pertahankan dan kelola beberapa ratus hektar.  Tapi aku tidak mau mengecilkan hatinya maka aku mengangguk-angguk dan memberi semangat, “Wah...bagus sekali itu, Pak.”  Memang selama di Muara Tae ini aku tidak merasakan mereka punya masalah dengan air bersih.  Sungai Melinau dan sungai-sungai lain dan banyak sekali anak sungai memang masih mengalir dengan jernih.  Aku sempat minum langsung dari salah satu mata air di hulu Sungai Melinau dan rasanya memang jauh lebih segar dan nikmat daripada Aqua.  Tapi... ide bisnis mau menyaingi Danone dan mensuplai air ke seluruh kampung, kecamatan, dan kabupaten ini rasanya agak terlalu bombastis deh.  Ini jadi pelajaran berikutnya: Hati-hati dengan orang-orang galia Muara Tae ini, kadang-kadang mereka ini bombastis banget!

Read More...

Muara Tae 07 - rapat politik

Aku semakin curiga bahwa Assuransetourix-nya ini adalah Pak Asuy.  Soalnya dia ngomong tanpa putus tanpa nada tanpa ujung tanpa pangkal rasanya berjam-jam lamanya.  Mungkin 5%nya aku mengerti.  Terus kudengar bisik-bisik orang di sebelahku tentang tali.  Untung mereka nggak jadi ngikat Pak Asuy di pohon depan rumah.
 
Mungkin juga sebenarnya aku yang lagi kurang pendengaran soalnya pembicaraan orang-orang lain juga hanya kumengerti paling banyak 10%nya.
 
Ngomong-ngomong tentang persen, dalam rapat tadi aku berhasil memastikan bahwa logo telapak di seragam itu akan dinilai sebesar 50% dari biaya membuat seragam kelompok penjaga dan pengelola hutan.  Beberapa dari orang-orang galia Muara Tae ini gak setuju karena menurut mereka telapak harusnya hanya membayar senilai 20%, paling banyak 25% dari biaya pembuatan kaos. Mereka berargumen bahwa brand telapak belum punya market acceptance yang baik.  Bahkan sebetulnya belum teruji melalui “market research” untuk konsumen di Kabupaten Kutai Barat, apalagi dengan kenyataan bahwa dalam hal ini bakal ada diversifikasi produk dengan brand tersebut.  Inilah susahnya dengan globalisasi karena ilmu-ilmu marketing dan advertising yang canggih-canggih pun sudah sampai ke pelosok-pelosok kampung.  Aku hampir menyerah tapi akhirnya seseorang intervensi dan mengatakan bahwa anggap aja ini uji coba dengan catatan bahwa memuat logo telapak dengan membayar senilai 50% dari biaya pembuatan seragam itu sebenarnya over-valued.  Seragam yang akan dibuat akan berwarna hitam atau hijau, dengan tulisan besar-besar nama kelompok penjaga dan pengelola hutan Muara Tae ini dalam bahasa Benuaq.  Aku nggak nangkap kata-kata bahasa Binuaq itu tapi artinya kira-kira adalah penjaga dan pengelola hutan adat yang dulu ada menjadi tiada kemudian ada lagi (atau kebalik ya: dari tiada menjadi ada menjadi tiada, atau dari tiada menjadi ada menjadi tiada menjadi ada, atau jangan-jangan ada dan tiada hanya kata semata....sampai di sini aku mungkin sudah terlalu ngantuk).
 
Kesimpulan lainnya dari rapat tadi adalah akan dibuat pesta adat untuk meresmikan pondok-pondok jaga hutan.  Diharapkan pada bisa hadir, terutama yang kuat-kuat soalnya jalannya jauh, makanannya banyak, minumannya keras-keras.
 
Ungkapan-ungkapan lain yang samar-samar kuingat adalah:
Pak Mantan Ketua Adat: “selama ini kami belum ketemu pintu untuk masuk, tangga untuk naik, jembatan untuk melintas”
Ibu Maria Apung (78 th): “kalau hutan, saya sayang sekali”
Saipul (asli Benuaq): “kita harus segera melakukan “political legwork”nya, terutama dengan target kepala adat, BPK, camp baru, bupati”

Read More...

Muara Tae 06 - di dalam hutanku

Hati-hati sama orang galia Muara Tae ini.  Mereka suka bilang jalannya hanya 2 jam padahal kenyataannya 6 jam...  Seperti tadi seharian jalan menerobos hutan-hutan Muara Tae, mengikuti anak sungai, mengunjungi mata air yang katanya tak pernah kering meskipun kemarau, menyusuri lereng-lereng bukit (mereka biasanya panggil itu gunung), sampai ke perbatasan hutan.  Katanya hanya satu kilo meter, padahal pasti jauh jauh lebih jauh....wong berjam-jam kok.
 
Betewe, sampailah kami di perbatasan hutan, dan seperti langit dan bumi, segera terhampar pemandangan berupa bukit-bukit yang telah terkelupas, buldozer yang tengah bekerja, dan matahari yang rasanya ada lima.  Selamat kepada PT Borneo Surya Mining Jaya yang dengan jaya telah membongkar tiga bukit itu hanya dalam waktu dua minggu.  Dua minggu lalu waktu Fatra dan Pudho patroli ke sana, bukit-bukit itu masih hutan.  Sekarang bukit-bukit itu sudah bukan hutan.  Menurut Pak Petinggi yang laptopnya tahan lama itu, dengan terbongkarnya tiga bukit itu berarti perusahaan ini telah melanggar batas kampung, karena menurut orang-orang galia Muara Tae, batas kampungnya adalah persis di puncak bukit.  Bukit-bukit itu telah terkelupas habis sampai ke kaki bukit di sebelah sini.  “Yah...gimana lagi... kita sudah terlanjur kehilangan setengah kali tiga bukit,” kata Pak Petinggi dengan bijaksana.
 
Tapi dasar Ghonjess dan Kosar itu orang-orang tidak sabaran dan tidak mengerti strategi, mereka segera mengenakan kostum perang dengan topi baja dari daun biru’ dan menyambar senjata berupa tongkat kayu sejenis meranti (yang bahkan tidak lancip) dan segera merangsek maju mau menghadang buldozer.  Untunglah, Pak Petinggi dengan bijaksana mengatakan bahwa di laptopnya sudah tersusun strategi yang lebih mantap dan pasti efektif efisien, seperti: melakukan pengorganisasian masyarakat, melakukan pemetaan partisipatif, menyelenggarakan upacara adat untuk memastikan pengakuan dan perlindungan kawasan adat, mengirim surat-surat yang diperlukan kepada pihak-pihak yang memerlukan maupun yang tidak memerlukan, membangun community logging, menggalang kekuatan politik dan sosial dan ekonomi, melakukan investigasi dan studi-studi, melancarkan advokasi kebijakan, menggali sejarah persoalan, pendidikan hukum kritis, melakukan pelatihan resolusi konflik, dan lain-lain.  Akhirnya, setelah memperoleh pencerahan secukupnya, dua anggota pasukan elit (mungkin terinspirasi US SEALs yang sukses menyerbu Osama) ini tidak jadi melakukan serangan frontal dan puas dengan foto-foto bersama (keterangan: foto-foto tersebut akan dimuat menyusul).  Syukurlah, perjuangan hari ini setelah direkapitulasi hanya menimbulkan korban berupa lecet-lecet di tumit (karena lupa pakai handiplast), lecet-lecet di betis (karena pakai celana pendek), lecet-lecet di punggung (karena kesabet rotan). 
 
Ini memang sungguh serius.  Perjuangan ini akan panjang dan melelahkan.  Stamina harus prima.  Beras tidak boleh pernah habis.  Penggalangan dukungan harus luas dan dalam.  Dari segi sumber daya, untuk tahap awal, telapak telah memastikan akan berkontribusi berupa satu buah genset kecil, 450 watt saja, supaya setiap saat kita bisa mencharge HP dan laptop pada saat kita sedang melakukan penjagaan hutan di pondok-pondok jaga hutan di Muara Tae.  Hal ini dipandang sangat penting mengingat tidak semua orang punya HP atau laptop yang baterainya tahan berjam-jam bahkan berhari-hari.
 
Rencana besok hari adalah melanjutkan pemetaan batas luar kawasan Muara Tae.  Ini mungkin perlu dua atau tiga hari dan harus menginap di hutan.  Setelah itu direncanakan pula untuk memperbaiki dan merapikan pondok jaga karena sekarang belum ada rak-raknya sehingga pakaian disimpan sembarangan dan jadi kusut dan barang-barang lain berhamburan seperti situasi darurat perang aja.
 
Malam ini rencananya mau kumpul-kumpul dengan orang-orang galia Muara Tae ini di rumah Pak Asuy.  Saya bersyukur ada undangan kumpul-kumpul begini soalnya kemarin waktu belanja bahan makanan saya utang 100 ribu sama salah satu dari orang-orang galia Muara Tae ini.  Dengan undangan ini beliau itu pasti akan datang jadi saya bisa bayar utang.  Kalau sepengetahuanku, Pak Asuy dan Pak Petinggi mau mengagendakan evaluasi kegiatan dan RTL (rencana tindak lanjut?, semacam itu lah).
 
Di dalam hutanku di Muara Tae masih mengalir darah
                Sunge namanya, mata air asalnya
Di dalam hutanku di Muara Tae masih berdiri tegak ke langit
                Ulin, meranti, nancang, tae, gaharu, kapur, watu’, jematuk, njapmpulau
Di dalam hutanku di Muara Tae masih berkeliaran
                Kijang, babi, rangkong, landak, klulut, monyet,  beruk, rusa, beruang
Di dalam hutanku di Muara Tae masih ada
Aku, kamu, dan siapa saja yang mau ada di sini
 
Di seberang sana batas hutan
Tinggal tanah-tanah telanjang berwarna merah dan kuning
Buldozer-buldozer berwarna merah dan kuning
Double cabin-double cabin dengan bendera merah dan kuning.

Read More...

Muara Tae 05 - pondok jaga

Malam ini kami tidur di Pondok Jaga Hutan, garis depan pertahanan Muara Tae.  Pondok kayu ini berada di ketinggian bukit.  Pohon-pohon besar mengitarinya.  Waktu sunset tadi ada terselip sedikit di antara ranting-ranting matahari bulat merah.  Kosar sedang memasak makan malam: nasi dan ikan asin.  Para pemuda Muara Tae pada bertebaran di sudut sudut pondok dan seputaran api unggun.  Ada suara khas tengah hutan, jengkerik atau berbagai macam serangga itu lah.
 
Malam ini orang-orang pada rapat untuk merencanakan kegiatan perintisan dan pembuatan batas yang akan dilakukan esok hari.  Mereka nampak bersemangat.  Tadi siang kudengar-dengar Petinggi Kampung mendraft surat tentang hal ini, mungkin akan dikirimkannya ke kampung-kampung tetangga, perusahaan-perusahaan, badan-badan pemerintah.  Aku terkesan sama laptopnya yang baterainya tahan lama banget, gak mati-mati dari tadi.  O ya...sudah dua minggu genset di sini rusak.
 
Masukan paling lucu hari ini:
Kutipan dari Ghonjess, 2011: “tindakan strategis paling buruk adalah membuat rencana strategis.”

Read More...

Muara Tae 04 - litani debu

LITANI DEBU
 
Sesiangan aku duduk di kayu rebah di pinggir jalan
Di tikungan Muara Tae
Dan melintaslah
 
Ford Ranger double cabin,
                Debu beterbangan
Toyota Hi-Lux double cabin,
                Debu beterbangan
Ford Everest,
                Debu beterbangan
Kijang Innova,
                Debu beterbangan
Truk Engkel muatan sawit,
                Debu beterbangan
Nissan X-Trail,
                Debu beterbangan
Nissan Navarra double cabin,
                Debu beterbangan
Mistubishi D-Max,
                Debu beterbangan
Truk Tronton 20 roda angkut buldozer,
                Debu beterbangan
Ford Ranger yang lain lagi,
                Debu beterbangan
Toyota Hi-Lux yang lain lagi,
                Debu beterbangan
Ford Everest yang lain lagi,
                Debu beterbangan
Kijang Innova yang lain lagi,
                Debu beterbangan
Truk sawit yang lain lagi,
                Debu beterbangan
Nissan X-Trail yang lain lagi,
                Debu beterbangan
Nissan Navarra yang lain lagi,
                Debu beterbangan
Mitsubishi D-Max yang lain lagi,
                Debu beterbangan
Truk tronton yang lain lagi,
                Debu beterbangan
 
AMIN.

Read More...

Muara Tae 03 - logistik

Ghonjess,
Sesuai pesananmu dari pondok jaga jauh di hutan sana, garis depan pertahanan muara tae
Aku nanti akan bawakan:
Beras
Ikan asin
Minyak goreng
Paku sepuluh dan dua belas
Snack roti-rotian
Nutrisari
Kopimix
Lampu badai
 
Kata mereka dua jam jalan kaki ke sana...jadi moga-moga para pemuda adat ini masih kuat-kuat punggungnya.  Siapa tahu ada juga gitar yang bisa dibawa.
 
Have fun, stay away from trouble!

Read More...

Muara Tae 02 - asterix

Setelah kulihat-lihat dan banding-bandingkan, Pak Asuy, Ibu Laiyen, Pak Andreas dan orang-orang Muara Tae ini persis seperti Asterix, Obelix, Abraracourcix, dan orang-orang Kampung Galia itu deh.  Mereka hanya takut apabila langiit akan runtuh menimpa kepala mereka.  Mereka tidak takut meskipun kampung mereka ini sudah dikelilingi habis oleh buldozer-buldozer, serdadu-serdadu, tambang-tambang, HTI-HTI, perkebunan sawit PT Borneo Surya, PT Gunung Bayan, PT Petrosea, PT Lonsum, PT Tri Tunggal Group, PT Munti Wani.  Mereka tidak takut meskipun kerajaan romawi pemda Kutai Barat habis-habisan menekan mereka.  Mereka tidak khawatir meskipun seluruh Kalimantan sedang berubah menjadi padang debu dan semak-semak dan bongkaran tambang dan tunggul-tunggul dan serpihan hutan.  Mereka tidak khawatir meskipun tidak ada LSM-LSM manapun yang peduli atau mendampingi atau turut mengadvokasi atau apapun.  Mereka gak peduli bahwa kampung-kampung lain sudah pasrah dan menyerahkan kebun dan hutannya.  Mereka ini tetap aja ngotot: Pokoknya Jangan Ganggu Kampung dan Hutan Adat Kami.  Nampaknya mereka hanya takut apabila langit akan runtuh menimpa kepala mereka.  Makanya mereka kemarin tetap berpesta, potong babi dan ayam, makan minum, pasti ada yang nyanyi-nyanyi juga... Benar-benar mirip Kampung Galia itu. Bahkan serupa juga dalam hal suka sekali kelahi kelahi di antara mereka sendiri...terus pesta makan-makan sama-sama.
 
Hari ini aku akan jalan-jalan keliling kampung, siapa tahu bisa menemukan Idefix dan Assurancetourixnya Kampung Muara Tae.

Read More...

Muara Tae 01 - malam pertama

Malam kemarin
Aku tidur di hotel berbintang
Dengan koneksi internet super cepat
Hingga bisa conference call
Dengan orang Washington, Paris, Jakarta
Mau makan tinggal angkat telepon
Pencet angka dua
Mandi air panas putar kran sedikit ke kanan
 
Malam ini aku tidur di lantai papan
Dengan bantal apak
Lampu minyak dekat jari kakiku
Dan nyamuk-nyamuk
 
Aku gak bisa tidur
Di rumah Pak Asuy dan Ibu Laiyen
Di Muara Tae

Read More...