16 February 2013

Muara Tae 08 - hutan dan air

Menjaga Hutan dan Mata Air sebagai Sumber Penghidupan
 
Ternyata ada sebuah rahasia di balik semua keheroikan orang-orang galia Muara Tae ini untuk menjaga kawasan dan hutan adatnya.  Rahasia ini terbongkar saat ngobrol-ngobrol dengan Pak Petinggi, sebagai berikut:
 
Pak Petinggi       : “Begini, Mas... Sebetulnya ada sebuah rahasia yang saya mau ceritakan”
 
Aku                        : “Apa Pak?
 
Pak Petinggi       : “Sebenarnya kami punya sebuah rencana bisnis yang luar biasa dan berjangka panjang.  Tapi Mas harus bisa rahasiakan ya.. supaya tidak ketahuan sama para pesaing.”
 
Aku                        : “Iya lah, Pak.  Pasti saya rahasiakan.”
 
Pak Petinggi       : “Jadi begini, Mas.  Kan semua lahan di sekitar kampung kita ini sudah habis untuk tambang dan perkebunan kelapa sawit, jadi pasti tidak lama lagi mereka semua akan kesulitan air. 
 
Aku                        : “Terus?”
 
Pak Petinggi       : “Nah, begitu, Mas.... Makanya kami mau jaga hutan ini dan mata air-mata air.  Jadi nanti kita akan bikin perusahaan penyedia air, seperti Aqua gitu.  Pasti akan laku keras dan mereka semua akan beli dari kita.”
 
Pak Petinggi       : “Kan mereka tidak bisa minum air bekas tambang, atau memeras TBS jadi air minum.  Pasti sungai-sungai dan mata air-mata air mereka akan kering kerontang. Kita akan suplai air dan jadi perusahaan raksasa seperti Danone”
 
Pak Petinggi       : “Tapi jangan bilang-bilang ya...jangan sampai mereka tahu dan ikut-ikutan jaga hutan dan lestarikan mata air.  Kita gak mau ada pesaing dalam bisnis ini.”
 
Itu ternyata rahasia di balik semua ini.  Aku menduga itu juga sebabnya Pak Petinggi ini tidak pernah mau lepas dengan laptopnya.  Di sana rupanya juga tersimpan berbagai informasi dan intelijen bisnis yang sangat sensitif.  Bahkan sampai sekarang aku belum berhasil mengetahui merek dan tipe laptopnya itu.  Misterius sekali.  Aku jadi khawatir laptop itu memang luar biasa dan bahkan bisa menyadap pembicaraan-pembicaraan dan langsung merekamnya dan mentranskripnya dan menyusunnya menjadi Rencana Strategis atau Business Plan.  Aku jadi turut hati-hati dan menyembunyikan buku catatan kecil yang selalu kubawa-bawa layaknya seorang pemerhati dan aktivis yang baik dan benar.
 
Aku sebetulnya agak skeptis dengan rencana rahasia ini karena kalau mau menyaingi PT Danone Aqua itu mereka setidaknya harus punya hutan seluas gunung salak di bogor.  Di sini kalau dikumpul-kumpul paling-paling mereka hanya bisa pertahankan dan kelola beberapa ratus hektar.  Tapi aku tidak mau mengecilkan hatinya maka aku mengangguk-angguk dan memberi semangat, “Wah...bagus sekali itu, Pak.”  Memang selama di Muara Tae ini aku tidak merasakan mereka punya masalah dengan air bersih.  Sungai Melinau dan sungai-sungai lain dan banyak sekali anak sungai memang masih mengalir dengan jernih.  Aku sempat minum langsung dari salah satu mata air di hulu Sungai Melinau dan rasanya memang jauh lebih segar dan nikmat daripada Aqua.  Tapi... ide bisnis mau menyaingi Danone dan mensuplai air ke seluruh kampung, kecamatan, dan kabupaten ini rasanya agak terlalu bombastis deh.  Ini jadi pelajaran berikutnya: Hati-hati dengan orang-orang galia Muara Tae ini, kadang-kadang mereka ini bombastis banget!

No comments: