16 February 2013

Muara Tae 06 - di dalam hutanku

Hati-hati sama orang galia Muara Tae ini.  Mereka suka bilang jalannya hanya 2 jam padahal kenyataannya 6 jam...  Seperti tadi seharian jalan menerobos hutan-hutan Muara Tae, mengikuti anak sungai, mengunjungi mata air yang katanya tak pernah kering meskipun kemarau, menyusuri lereng-lereng bukit (mereka biasanya panggil itu gunung), sampai ke perbatasan hutan.  Katanya hanya satu kilo meter, padahal pasti jauh jauh lebih jauh....wong berjam-jam kok.
 
Betewe, sampailah kami di perbatasan hutan, dan seperti langit dan bumi, segera terhampar pemandangan berupa bukit-bukit yang telah terkelupas, buldozer yang tengah bekerja, dan matahari yang rasanya ada lima.  Selamat kepada PT Borneo Surya Mining Jaya yang dengan jaya telah membongkar tiga bukit itu hanya dalam waktu dua minggu.  Dua minggu lalu waktu Fatra dan Pudho patroli ke sana, bukit-bukit itu masih hutan.  Sekarang bukit-bukit itu sudah bukan hutan.  Menurut Pak Petinggi yang laptopnya tahan lama itu, dengan terbongkarnya tiga bukit itu berarti perusahaan ini telah melanggar batas kampung, karena menurut orang-orang galia Muara Tae, batas kampungnya adalah persis di puncak bukit.  Bukit-bukit itu telah terkelupas habis sampai ke kaki bukit di sebelah sini.  “Yah...gimana lagi... kita sudah terlanjur kehilangan setengah kali tiga bukit,” kata Pak Petinggi dengan bijaksana.
 
Tapi dasar Ghonjess dan Kosar itu orang-orang tidak sabaran dan tidak mengerti strategi, mereka segera mengenakan kostum perang dengan topi baja dari daun biru’ dan menyambar senjata berupa tongkat kayu sejenis meranti (yang bahkan tidak lancip) dan segera merangsek maju mau menghadang buldozer.  Untunglah, Pak Petinggi dengan bijaksana mengatakan bahwa di laptopnya sudah tersusun strategi yang lebih mantap dan pasti efektif efisien, seperti: melakukan pengorganisasian masyarakat, melakukan pemetaan partisipatif, menyelenggarakan upacara adat untuk memastikan pengakuan dan perlindungan kawasan adat, mengirim surat-surat yang diperlukan kepada pihak-pihak yang memerlukan maupun yang tidak memerlukan, membangun community logging, menggalang kekuatan politik dan sosial dan ekonomi, melakukan investigasi dan studi-studi, melancarkan advokasi kebijakan, menggali sejarah persoalan, pendidikan hukum kritis, melakukan pelatihan resolusi konflik, dan lain-lain.  Akhirnya, setelah memperoleh pencerahan secukupnya, dua anggota pasukan elit (mungkin terinspirasi US SEALs yang sukses menyerbu Osama) ini tidak jadi melakukan serangan frontal dan puas dengan foto-foto bersama (keterangan: foto-foto tersebut akan dimuat menyusul).  Syukurlah, perjuangan hari ini setelah direkapitulasi hanya menimbulkan korban berupa lecet-lecet di tumit (karena lupa pakai handiplast), lecet-lecet di betis (karena pakai celana pendek), lecet-lecet di punggung (karena kesabet rotan). 
 
Ini memang sungguh serius.  Perjuangan ini akan panjang dan melelahkan.  Stamina harus prima.  Beras tidak boleh pernah habis.  Penggalangan dukungan harus luas dan dalam.  Dari segi sumber daya, untuk tahap awal, telapak telah memastikan akan berkontribusi berupa satu buah genset kecil, 450 watt saja, supaya setiap saat kita bisa mencharge HP dan laptop pada saat kita sedang melakukan penjagaan hutan di pondok-pondok jaga hutan di Muara Tae.  Hal ini dipandang sangat penting mengingat tidak semua orang punya HP atau laptop yang baterainya tahan berjam-jam bahkan berhari-hari.
 
Rencana besok hari adalah melanjutkan pemetaan batas luar kawasan Muara Tae.  Ini mungkin perlu dua atau tiga hari dan harus menginap di hutan.  Setelah itu direncanakan pula untuk memperbaiki dan merapikan pondok jaga karena sekarang belum ada rak-raknya sehingga pakaian disimpan sembarangan dan jadi kusut dan barang-barang lain berhamburan seperti situasi darurat perang aja.
 
Malam ini rencananya mau kumpul-kumpul dengan orang-orang galia Muara Tae ini di rumah Pak Asuy.  Saya bersyukur ada undangan kumpul-kumpul begini soalnya kemarin waktu belanja bahan makanan saya utang 100 ribu sama salah satu dari orang-orang galia Muara Tae ini.  Dengan undangan ini beliau itu pasti akan datang jadi saya bisa bayar utang.  Kalau sepengetahuanku, Pak Asuy dan Pak Petinggi mau mengagendakan evaluasi kegiatan dan RTL (rencana tindak lanjut?, semacam itu lah).
 
Di dalam hutanku di Muara Tae masih mengalir darah
                Sunge namanya, mata air asalnya
Di dalam hutanku di Muara Tae masih berdiri tegak ke langit
                Ulin, meranti, nancang, tae, gaharu, kapur, watu’, jematuk, njapmpulau
Di dalam hutanku di Muara Tae masih berkeliaran
                Kijang, babi, rangkong, landak, klulut, monyet,  beruk, rusa, beruang
Di dalam hutanku di Muara Tae masih ada
Aku, kamu, dan siapa saja yang mau ada di sini
 
Di seberang sana batas hutan
Tinggal tanah-tanah telanjang berwarna merah dan kuning
Buldozer-buldozer berwarna merah dan kuning
Double cabin-double cabin dengan bendera merah dan kuning.

No comments: